oleh William Adri Sigarlaki
Tanah Papua, tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi
Seluas tanah, sebanyak madu adalah harta harapan…
Sepenggal lirik lagu yang dinyanyikan oleh putra Papua,
Edo Kondologit. Lagu ini menggambarkan keindahan bumi cenderawasih yang telah
tercatat sebagai taman nasional di Indonesia. Konon surga kecil ini juga
tercatat sebagai 10 perairan terbaik dunia.
Saya teringat kisah pengabdian sebagai guru SM-3T dari Universitas Negeri Manado yang ditugaskan mengajar di Papua. Tepatnya di Provinsi Papua Barat, Kabupaten Sorong Selatan, Distrik Inanwatan bersama rekan lain dari Universitas Negeri Malang dan Gorontalo. Tak pernah terbayangkan saya bisa
menginjakkan kaki di pulau yang dikenal dengan cenderawasihnya ini.
SM-3T mengenalkan saya dengan keindahan Indonesia lebih
dekat. Saya berkesempatan menengok eksotisme pulau yang menjadi incaran turis
lokal maupun mancanegara, Kepulauan Raja Ampat. Bak lukisan alam, Raja Ampat
menjadi kado terindah atas pengabdian saya selama setahun.
Waktu itu saya bersama delapan teman mengunjungi wisata
alam Raja Ampat. Perjalanan dimulai dari kota Sorong menggunakan kapal dengan menempuh
waktu hampir empat jam. Lelah sedikit terbayarkan saat kapal berlabuh di Waisai. Aroma surga sudah mulai tercium di balik awan yang
membiru cerah. Disitu pula hati menjadi takjub atas indahnya ciptaan Tuhan
yang ada dihadapan kami.
Pulau-pulau kecil seperti menyuarakan selamat datang
kepada kami. Pasir putihnya nampak halus seperti tepung yang baru saja
digiling. Ini tidak sekadar lukisan datar, tapi karya sekian dimensi yang dapat
kami sentuh seutuhnya. Air laut nampak biru dengan degradasi putih akibat
deburan ombak di permukaan pantai yang tenang. Sedang perbukitan nan cantik
menjadi pelengkap topografi yang tidak rata di Indonesia bagian timur.
Satu dari banyak pulau yang menghipnotis saya adalah Pulau
Arborek. Disana merupakan tempat berkumpulnya ikan-ikan jenis Nemo yang sangat
bersahabat dengan para penyelam. Tak heran banyak wisatawan yang mewajibkan
diri untuk diving ataupun snorkeling disini. Flora-faunanya
indah, mereka hidup dan mati sesuai dengan kehendak alam.
Raja Ampat tidak hanya kaya dengan taman laut, tapi juga menyuguhkan
peninggalan sejarah seperti yang ada di Pulau Misool. Disana ditemukan cap
tangan pada dinding-dinding batu karang. Para ahli memperkirakan usianya telah
mencapai 50 ribu tahun dan dijadikan bukti
jalur penyebaran manusia dari kawasan barat nusantara menuju Papua dan
Melanesia.
Wisatawan juga bisa mengunjungi bangkai pesawat bekas
peninggalan Perang Dunia II di Pulau Wai. Akses menuju tempat ini tidaklah
sulit, karena di tempat ini sering diselenggarakan sail. Inilah pesona Raja
Ampat, pulau surga di bumi Cenderawasih. (*)
No comments:
Post a Comment