Breaking News

Thursday, July 23, 2015

PERAN GURU MENYAMBUT MEA 2015

Lebih dari satu dekade yang lalu, para pemimpin ASEAN sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara. Rencananya agenda tersebut akan direalisasikan pada akhir tahun 2015. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Cina dan India dalam menarik investasi asing. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini akan memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain ke seluruh Asia Tenggara. Alhasil kompetisi akan menjadi semakin ketat. Hal ini akan berdampak pada bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Menurut Organisasi Perburuhan Dunia (ILO), permintaan tenaga kerja menjelang MEA akan semakin tinggi.
 
Indonesia menjadi sasaran empuk penyelenggaraan pasar bebas se-Asia Tenggara. Mengingat negara kepulauan memiliki jumlah penduduk yang besar dan ketersediaan SDA yang melimpah. Soliditas antar pengusaha, tenaga kerja, dan lembaga pendidikan di negara kita menjadi hal yang sangat penting. Jika tidak dipersiapkan dengan baik, kita akan semakin tertinggal.
 
Thailand sudah menggalakkan pembelajaran menggunakan Bahasa Indonesia di sekolah-sekolahnya. Di Malaysia, banyak dijumpai spanduk dan slogan menyambut MEA. Berbeda dengan Indonesia, negara ini justru memasang spanduk dan baliho partai politik dan gambar-gambar caleg.
 
Indonesia dihadapkan pada beberapa isu dalam persiapan mengahadapi MEA, diantaranya adalah sumber daya manusia yang unggul dan mampu bersaing secara global. Wardan Suyanto, M.A., Ed.D., Wakil Rektor I UNY mengatakan, era keterbukaan MEA akan dirasakan sama oleh masing-masing negara di Asia Tenggara. Semakin siap suatu negara maka akan semakin matang pula dalam bersaing dengan negara lain.
 
Dalam mempersiapkan SDM yang terampil dan mampu bersaing menghadapi MEA, pendidikan di sekolah menjadi satu bagian yang substansial. Maka peran guru sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan juga menjadi hal yang urgent pula. Hal ini sejalan dengan apa yang pernah diungkapkan guru besar UNY, Prof. Suyanto, Ph.D. Menurutnya, kesiapan menghadapi MEA tidak luput dari peran guru profesional sebagai pencetak generasi emas Indonesia.
 
Pendidikan di perguruan tinggi pun mengharuskan mahasiswanya mempunyai kompetensi unggulan yang mampu bersaing dengan negara lain. Dra. Hj. Sri Astuti, M.Pd., Kaprodi Pendidikan Ekonomi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta pernah berujar bahwa softskill harus dimiliki mahasiswa. Peningkatan kualitas SDM, khususnya pembangunan pendidikan, telah menjadi prioritas negara-negara ASEAN dalam rencana pembangunan menyambut MEA 2015, tak terkecuali Indonesia. Oleh sebab itu, para pendidik dalam hal ini guru dan dosen, juga harus mempersiapkan diri lebih baik lagi agar peningkatan kualitas SDM tadi bisa terwujud. (Firdaus)

No comments:

Post a Comment

Designed By Published. TIM Blogger Pioneer