Breaking News

Wednesday, May 13, 2015

ENTERPRENEURSHIP DAN PROFESIONALISME GURU DI ERA MEA

Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-51 Universitas Negeri Yogyakarta Kampus Wates menyelenggarakan Seminar Nasional dengan Tema “Entrepreneurship dan Profesionalisme Guru di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”, Sabtu (2/5/2015). Dalam seminar ini menghadirkan dua pembicara yang sangat inspiratif yaitu Prof. Suyanto, Ph.D mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan Prof. M Suyanto, MM pendiri sekaligus Direktur Sekolah Tinggi Manajemen Informatika (STIMIK) Amikom Yogyakarta, dengan moderator yang tidak kalah menarik yaitu Prof. Sukirno, Ph.D.

Dalam seminar ini Prof. Suyanto, Ph.D menyampaikan beberapa tantangan menuju MEA 2015, tantangan internal meliputi daya saing dan produktivitas nasional, iklim usaha, sumber daya manusia, infrastruktur dan sistem logistik-distribusi nasional, dukungan Research & Development, ASEAN sebagai pasar ekspor, meningkatkan posisi Indonesia dalam rantai nilai atau suplai di kawasan dan global. Sedangkan tantangan eksternal yang meliputi pemenuhan komitmen terhadap Road map menuju MEA 2015 secara individu dan kolektif di ASEAN, penyelarasan kebijakan nasional dengan integrasi kawasan, Political will dari seluruh anggota ASEAN, dan Sistem hukum dan perundang-undangan yang berbeda di setiap Negara ASEAN.

Siap ataupun belum siap MEA tetap akan dihadapi bersama oleh negara-negara di ASEAN. Kekhawatiran dan fakta terkait tenaga kerja profesional ASEAN yang akan membanjiri pasar tenaga kerja Indonesia, hal ini akan menjadi tantangan bersama dalam upaya peningkatan SDM, untuk itu tuntutan sebagai guru profesional harus benar-benar direalisasikan. Guru yang profesional merupakan faktor utama dalam proses penanaman dan pembiasaan karakter bagi siswa. Dalam proses pembelajaran, guru professional harus berkompeten dalam to describe, to explains, to illustrate, to demonstrate, dan yang terpenting adalah to inspire. Sehingga dari proses pembelajaran tersebut dapat menghasilkan siswa yang kreatif dan inovatif yang dapat menjawab tantangan global seperti MEA.

Prof. Mohammad Suyanto, MM dalam seminar ini menyampaikan setiap orang bisa menjadi entrepreneurship sukses, kuncinya adalah kita harus bisa membangun sikap mental positif, berani menciptakan mimpi, memvisualisasikan mimpi, dan segera mengambil langkah untuk memulai bisnis. Sebagai pendiri sekaligus Direktur STIMIK Amikom Yogyakarta beliau memberikan motivasi dan inspirasinya dalam mendirikan sekolah tersebut. Banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam mendirikan sekolah tinggi tersebut, namun setiap ada masalah di ujung tanduk, beliau percaya bahwa Tuhan akan memberikan ilmunya yang luar biasa, hingga pada saat ini STIMIK AMIKOM dapat menjadi a private university who be entrepreneurship university yang telah banyak memperoleh National Award maupun International award.

Pendidikan merupakan tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pikiran, karakter dan kemampuan fisik individu. Pendidikan juga didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran yang aktif. Peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Untuk itu pendidikan dapat dijadikan sebagai senjata untuk memulai bisnis sesuai yang disampaikan Prof. Mohammad Suyanto, MM.

Harapan dari kegiatan seminar ini dapat memberikan inspirasi bagi semua untuk menjadi pendidik yang profesional dan berjiwa entrepreneurship, dan tentunya siap dalam menghadapi tantangan MEA 2015. Kegiatan seminar ini kemudian ditutup dengan penampilan dari grup paduan suara PPG SM-3T UNY “Cendekianada” dengan menyanyikan Mars UNY dan Hymne UNY, setelah itu dilanjutkan dengan presentasi pemakalah dengan bidang kajian entrepreneurship dalam bidang pendidikan, dan profesionalisme guru yang dibagi dalam beberapa kelompok penyaji makalah. (Amin Fitriyah)

Read more ...

Saturday, May 9, 2015

SERTIFIKASI GURU JADI PRIMADONA



Kalau Kaisar Jepang menanyakan berapa jumlah guru yang masih hidup usai jatuhnya bom atom, saat ini pertanyaan yang tepat bagi kita adalah berapa jumlah guru yang ada di pedalaman Indonesia? Jawabannya masih sedikit. Kata Sedikit tidak dapat menggambarkan angka pasti karena memang benar-benar sedikit bahkan nyaris tidak ada di beberapa daerah. 

Pengalaman setahun mengajar di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) membuktikan bahwa Indonesia masih kekurangan tenaga pendidik yang kompeten. Tak dipungkiri kesejahteraan guru di daerah pedalaman memang masih jauh dari harapan. Hanya saja yang menggiurkan bagi kalangan pendidik satu ini adalah adanya jaminan sertifikasi. Padahal jaminan ini belum mampu menjangkau pendidikan di pelosok negeri. Sertifikasi hanya menjadi primadona di kalangan pendidik ‘kota’ yang kategori kualitas pendidikannya sudah tergolong maju, bukan tertinggal.

Sertifikasi tak dapat terlepas dari tolak ukur kesejahteraan guru di Indonesia. Tak heran jika saat ini yang menjadi prioritas abdi negara satu ini adalah tunjangan sertifikasi. Pemerintah pun menetapkan banyak kebijakan bagi para guru untuk mendapatkan tunjangan ini. Seharusnya ada sinkronisasi antara tujuan dibuatnya kebijakan dengan kinerja guru sehingga tercipta pendidikan yang berkualitas. 

Sertifikasi guru bisa ditempuh dengan berbagai jalur yaitu melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan dengan beasiswa SM-3T, Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Pemberian Sertifikasi Pendidik secara Langung (PSPL), dan Portofolio. Banyaknya kebijakan yang diterapkan pemerintah seharusnya dapat menjawab kebutuhan guru hingga di pelosok negeri. Kemana saja 20 persen alokasi dana pendidikan kalau hanya guru yang sejahtera, sedangkan anak-anak pedalaman masih asing dengan yang namanya sekolah.

Mengenali satu per satu jalur sertifikasi, semoga kita tidak termasuk golongan yanga hanya mencari ‘sertifikat’ saja. Namun setidaknya mempunyai niatan untuk ikut andil menjawab kekurangan guru di daerah pedalaman. Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) yang ditempatkan di titik-titik pedalaman Indonesia semoga bisa menjadi pelita di kegelapan mereka. Peserta SM-3T sebelumnya harus melewati serangkaian seleksi yang meliputi administrasi, kemampuan akademik, wawancara, kesehatan, dan prakondisi sebelum diterjunkan di lapangan selama satu tahun. Setelah menyelesaikan tugas pengabdiannya kemudian ditarik kembali untuk mengikuti PPG Prajabatan melalui program beasiswa.

Satu hal yang menjadi pertanyaan adalah akan dikemanakan alumni PPG SM-3T? Pemerintah menyudahi kontrak setelah peserta mendapat gelar guru profesional. Setelah menggelontorkan dana yang tak sedikit untuk program PPG SM-3T hasilnya pun masih abu-abu. Meski baru-baru ini dihadirkan formasi khusus untuk mengikuti seleksi CPNS, namun cara ini belum tepat untuk dijadikan solusi menjawab kekurangan guru di pelosok negeri. Bisa saja para alumni tak lagi tertarik untuk mengajar atau memilih menjadi guru di ‘kota’, lagi-lagi distribusi guru pun belum merata. Akan lebih baik apabila lulusannya dikembalikan ke daerah yang memang benar-benar membutuhkan guru, ini akan lebih efektif untuk menjawab kekurangan guru Indonesia. Terlepas bersedia atau tidak untuk dikembalikan ke daerah penempatan, ini adalah sebuah konsekuensi mengikuti program yang digalang pemerintah. Seperti menghambur-hamburkan dana alokasi pendidikan, sertifikat profesi PPG Prajabatan baru bisa digunakan untuk pengajuan sertifikasi setelah peserta menjadi guru dalam satu lembaga pendidikan dan sudah mempunyai NUPTK.

Memang tidak mudah untuk mendapatkan sertifikasi, masih ada tahapan dan persyaratan lainnya yang harus dipenuhi untuk mendapatkan tunjangan profesi, apalagi bagi mereka yang mendapatkan sertifikat profesi melalui program PPG SM-3T. Entah akan menjadi angin segar atau malah harapan palsu, sertifikat profesi guru hasil PPG SM-3T ini akan dijadikan sebagai syarat wajib mengikuti tes CPNS tahun 2016. Itu berarti alumni PPG SM-3T mempunyai peluang untuk mengikuti tes CPNS. Hal ini tidak bisa menjadi jaminan untuk pemerataan pendidikan hingga pelosok negeri, namun hanya akan menguntungkan guru yang bersertifikat.

Perlu kita ketahu bersama, bahwa sertifikat profesi yang akan kita peroleh setelah lulus dari program PPG SM-3T (PPG Prajabatan) belum bisa diproses untuk langsung mendapatkan tunjangan sertifikasi. Terkecuali bagi mereka yang mengikuti program PPG dalam Jabatan, setelah lulus dan mendapatkan sertifikat profesi mereka sudah langsung bisa mengajukan dan mendapatkan tunjangan profesinya. Hal tersebut dikarenakan mereka sudah menjadi guru dalam suatu lembaga pendidikan minimal sudah lima tahun masa jabatan dan sudah mempunyai NUPTK. Hal demikian yang membedakan fungsi dari sertifikat profesi yang diperoleh dari PPG Prajabatan dan PPG dalam Jabatan. (*)

Read more ...

UJIAN NASIONAL YANG TIDAK NASIONAL

Oleh: Firdaus Laili

Di balapan MotoGP, Valentino Rossi dengan motor Yamaha normalnya beradu melawan pembalap selevel. Tentu tidak adil jika pembalap lokal Indonesia seperti Hendriansyah yang notabene hanya pembalap Road Race kelas motor bebek harus berduel di sebuah lintasan yang sama. Dengan fasilitas motor yang lebih sophisticated dan kru mekanik yang lebih world-class, sudah barang tentu The Doctor (julukan Rossi-red) akan jauh meninggalkan Hendriansyah. Namun bisa saja Hendriansyah menyamai perolehan waktunya Rossi, atau bahkan lebih cepat, tapi dengan cara yang tidak dibenarkan atau “haram”.
Analogi seperti itulah yang bisa merepresentasikan carut marut pendidikan di Indonesia, terutama dalam hal evaluasi. Sejalan dengan kebhinnekaan bangsa kita, sektor pendidikan juga memiliki keberagaman. Keberagaman ini berujung pada sulitnya melakukan penataan evaluasi pendidikan yang merata dan seimbang. Kementerian Pendidikan masih memiliki seabrek pekerjaan rumah (PR) yang entah kapan akan selesai.
Satu PR besar untuk Kementerian Pendidikan yang akhir-akhir ini sedang banyak diperbincangkan adalah soal evaluasi pendidikan berbentuk Ujian Nasional (UN). UN yang diterapkan di negara kita, baik untuk SD, SMP, maupun SMA masih memiliki ‘keganjilan’ yang banyak dikritisi para pemerhati pendidikan. Sebagai lembaga tertinggi yang mengurusi pendidikan di seluruh Indonesia, kementerian ini bertanggung jawab penuh terhadap keberlangsungan UN yang bersifat nasional.
Dalam hal evaluasi Kementerian Pendidikan mestinya memperhatikan faktor kelayakan secara menyeluruh. Faktor inilah yang akan mempengaruhi ‘kesehatan’ dan keseimbangan evaluasi pendidikan. Maka kelayakan sekolah dalam menyelenggarakan UN perlu diperhatikan secara menyeluruh. Artinya, bukan hanya sekolah yang terpantau saja, tapi juga kelayakan sekolah-sekolah yang tak terpantau sama sekali.
Faktor kelayakan sekolah dalam menyelenggarakan UN terselip dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang tidak hanya mengukur standar evaluasi. Ada delapan standar bersifat ‘nasional’ yang artinya berlaku untuk semua sekolah di seluruh Indonesia. Jika memang UN bertujuan untuk menstandarkan evaluasi pendidikan di seluruh Indonesia, maka mestinya tujuh standar pendidikan yang lain juga harus diperhatikan. Ada standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan pendidikan.
Tentu sangat tidak fair jika siswa di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) misalnya, diharuskan mengikuti UN yang sudah ditentukan skor minimalnya. Sarana dan prasarana untuk belajar mereka di sekolah saja masih jauh dari kata layak. Di pedalaman Kalimantan Utara misalnya, jangankan buku yang layak atau fasilitas yang memadai, listrik saja belum tersedia. Belum lagi ketiadaan guru yang sampai sekarang masih menjadi problematika tersendiri. Meski sudah lahir program-program seperti SM-3T (Sarjana Mendidik di daerah 3T), persoalan kekurangan tenaga guru sebenarnya masih jauh dari kata teratasi. SM-3T hanya sedikit menambal lubang permasalahan yang sudah terlampau besar.
Pada praktiknya, mereka anak-anak sekolah di daerah 3T tetap diharuskan mengikuti UN yang sedikit banyak menentukan kelulusan mereka. Imbasnya, bisa ditebak. Terjadi kecurangan di sana-sini, bahkan ada yang sampai blak-blakan berbuat tidak jujur. Demi nama baik sekolah dan reputasi sang kepala sekolah segala cara dihalalkan asal siswanya bisa lulus UN.
Ujian Nasional, sesuai namanya, harusnya bersifat nasional. Namun, jika seperti di atas kondisi real-nya, bukan nasional namanya. UN hanya untuk siswa di perkotaan dengan sarana dan prasarana, tenaga pendidik, proses belajar, dan sederet komponen pendidikan lain yang sudah memenuhi standar nasional. UN tidak untuk anak sekolah di daerah pinggiran seperti daerah 3T yang serba terbatas dan tidak memiliki sekolah berstandar nasional. Artinya, ujian nasional tidak nasional.
Belum selesai masalah ketimpangan standar evaluasi, kini Kementerian Pendidikan mulai mengubah format UN yang justru menimbulkan polemik baru. Mulai tahun ini, ada beberapa sekolah yang akan menyelenggarakan UN secara online. Lagi-lagi, kesenjangan menjadi sumber masalah. Laboratorium komputer yang representatif dengan tersedianya koneksi Internet adalah syarat yang hanya sebagian kecil sekolah yang sudah bisa memenuhinya. (*)
Read more ...

GURU BERKOMPETEN MENGUASAI K13

Oleh: Fitri Nurhayati

Beberapa tahun lalu, kita masih bisa menjumpai anak SD yang menggendong tas berisi buku-buku sekolah. Mulai dari buku tulis, buku paket, LKS, sampai sumber belajar lain yang dikemas menjadi satu dalam tas mereka. Mungkin tas mereka berat, seberat tuntutan ilmu yang harus dikuasai. Namun, hal seperti itu sudah jarang dijumpai sekarang. Dalam tas anak SD sekarang, paling hanya berisi satu atau dua buku yang sudah mencakup beberapa mata pelajaran. Bisa dibayangkan betapa padatnya isi buku baru mereka ini.
Hal ini terjadi di beberapa sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 (K13). Konsep pembelajaran tematik mengacu pada tema-tema tertentu sehingga beberapa mata pelajaran dikerucutkan menjadi satu pembahasan atau satu buku saja. Berbeda dengan pembelajaran di SD, pembelajaran di SMA tidak menerapkan pembelajaran tematik namun menerapkan konsep based-learning. Dalam konsep ini, peserta didik harus aktif di dalam kelas untuk menguasai materi tertentu.
 
Menurut Nurhadi, M.Si (Dosen Pendidikan Geografi-red), K13 adalah kurikulum yang istimewa. Seistimewa konsepnya, tingkat kerumitannya pun sepadan. Mulai dari persiapan guru sebelum melakukan pembelajaran, sampai pada tahap penilaian. Keaktifan siswa menjadi tujuan utama untuk membentuk karakter mereka. Diharapkan ketika terjun di masyarakat nanti, mereka sudah memiliki sifat jujur, disiplin, dan mandiri.
 
Berbicara soal pendidikan di Indonesia, masih ada 1001 masalah yang menyelimuti. Beragam solusi ditawarkan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini. Satu diantaranya adalah melalui K13 yang berbasis karakter. Entah karakter seperti apa yang dimaksudkan karena sejauh ini para pelakunya pun masih meraba-raba. Hasilnya pun belum nampak jelas. Apalagi hanya beberapa sekolah yang menyatakan siap menerapkan K13, sedang yang lainnya masih dengan kurikulum sebelumnya (KTSP-red). Seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013, tidak semua sekolah siap untuk merubah mindset, pola, dan konsep mengajar.
 
Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, pernah berujar bahwa pendidik hanya bisa merawat, bukan memaksa. Tapi pemerintah saat ini memaksakan penyeragaman anak sekolah di Indonesia. Jika diperhatikan secara mendasar, sebenarnya bukan persoalan kurikulum yang perlu dipusingkan sebagai tawaran solusi mengatasi masalah pendidikan. Pada kenyataanya, yang paling memiliki pengaruh dalam memajukan pendidikan dan mencerdaskan anak-anak bangsa adalah guru.
 
Di balik pembicaraan soal sistem yang rumit, kurikulum, peraturan menteri, seminar yang berderet, bahkan alokasi dana pendidikan yang mencapai 20 persen, sejatinya guru lah yang berdiri di depan kelas menemani anak-anak menuntut ilmu. Namun begitu, melihat guru di Indonesia pun tak terlepas dari berbagai masalah. Mulai dari pendistribusian guru yang tidak merata, kesejahteraannya yang tidak terjamin, hingga yang paling urgent adalah kompetensi guru yang masih perlu ditingkatkan. Kalau sudah begini, bagaimana akan tercapai proses pembelajaran yang baik jika K13 belum betul-betul dikuasai para guru. Pemerintah hendaknya menjamin kompetensi guru, mempersiapkannya agar benar-benar mampu dan siap mendidik. Hadirnya mereka di sekolah bukan hanya mengajar, namun juga memberi inspirasi para siswa.
 
Pada kurikulum yang baru ini, peran utama guru adalah sebagai fasilitator di dalam kelas. Salah besar jika banyak orang menganggap bahwa peran guru di dalam kelas lebih ringan dari yang sebelumnya. Pada prinsipnya, menjadi fasilitator tugasnya jauh lebih berat. Ia tidak hanya bertanggungjawab meningkatkan aspek pengetahuan saja, namun juga harus mempertimbangkan aspek spiritual, sosial, dan keterampilan anak. Maka hendaknya pemerintah mematangkan kompetensi guru demi lancarnya proses pembelajaran di kelas. (*)
Read more ...

IDEOLOGI SEBAGAI KONTRUKSI LINGUISTIK

RESENSI BUKU AKAR AKAR IDEOLOGI
Judul buku:    Akar-akar Ideologi: Pengantar kajian ideologi dari Plato hingga Bourdieu
Penulis:    Bagus Takwin
Penerbit:    Jalasutra
Tahun terbit:    2003
Tebal buku:    136 halaman

Jika kita menanyakan apa itu ideologi, maka jawaban umum yang didapat biasanya merujuk pada pengertian ideologi sebagai ‘isme’ atau aliran politik. Seperti sosialisme, komunisme, liberalisme, dan konservatisme. Dalam buku Akar-akar Ideologi, penulis menilai hal ini sangat umum terjadi di Indonesia. Sehingga pengertian dan realitas ideologi yang jauh lebih luas menjadi tidak dikenali.
 Dalam buku ini, penulis menjelaskan pengertian ideologi ditinjau dari pendekatan aliran. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bagaimana dan darimana manusia mendapatkan pengetahuan. Maka ideologi dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai seperangkat nilai dan aturan tentang kebenaran alamiah serta universal, sehingga menjadi rujukan bagi tingkah laku manusia. Lain halnya dengan ideologi sebagai studi yang mengkaji ide-ide manusia dari pengalaman hingga membentuk kesadaran yang mempengaruhi tingkah laku.
Ada empat pengertian ideologi dari beberapa tokoh yang dikemas dalam buku ini. Keempatnya menunjukkan bahwa ideologi sebagai konstruksi linguistik. Pertama, menurut Condilac dan De Tracy bahwa ideologi sebagai suatu ilmu tentang ide-ide. Makna ini berambisi untuk memisahkan pengetahuan dari metafisika dan agama serta kepercayaan-kepercayaan lainnya.
Kedua, menurut Marx dan beberapa penerusnya bahwa ideologi sebagai kesadaran palsu. Sehingga menyebabkan manusia mengalami distorsi dalam menangkap dan memahami realitas. Ketiga, menurut Althuser dan Bourdieu bahwa ideologi sebagai suatu ketidaksadaran yang tertanam pada diri manusia. Hal ini sebagai akibat dari adanya berbagai struktur pemikiran. Keempat, dikemukakan Voloshinov bahwa ideologi melalui proses semiotik sehingga mempengaruhi bahasa dan kesadaran manusia. Sedang menurut Barthes ideologi dibentuk oleh proses pemaknaan tanda yang dibekukan.
Penulis mencoba mencari akar-akar ideologi dimulai dari pemikiran filsuf Yunani yang terkenal dengan konsep ‘dunia idea’. Pembaca diajak melihat bagaimana kaitan konsep ideologi yang berkembang hingga awal abad ke-21 dengan pemikiran tokoh-tokoh seperti Plato, Machiavelli, Bacon, Auguste Comte, dan De Tracy. Dari konsep tokoh-tokoh itu kemudian penulis membandingkan  dengan pemikiran Hegel dan Marx.
Kajian ideologi menjadi populer pada pemikiran Marx. Setelah itu bermunculan banyak kajian ideologi, baik dari para pengikut Marx maupun para penentangnya. Dalam buku ini uraian pemikiran ideologi dari Marx dan penerusnya mendapat porsi yang besar karena penjelasan tentang ideologi memang paling banyak dikemukakan oleh kaum Marxis dan Neomarxis.
Plato tidak secara tersurat bicara tentang ideologi. Meski pemikirannya yang berkaitan dengan pembebasan jiwa manusia bisa disetarakan dengan konsep ideologi dari beberapa tokoh sesudahnya. Kritik Marx terhadap ideologi sebagai kesadaran palsu, contohnya apabila diterapkan secara konsisten menggugat pula konsep ‘dunia idea’ dari Plato.
Buku ini memberikan kemudahan bagi pembaca yang ingin mengenal lebih mendalam tentang konsep ideologi secara cepat. Selain bahasanya yang mudah dipahami, penulis juga menyajikannya dengan padat dan sistematis. Setelah membaca buku ini dapat diperoleh gambaran umum tentang peta pemikiran ideologi. Namun, yang menjadi kelemahan, buku ini tidak menyajikan isi secara terperinci dan menyeluruh. Di dalamnya hanya ada cuplikan dari ragam dinamika pemikiran para tokoh. Sehingga tidak dapat dijadikan dasar kerangka berpikir tentang ideologi. Maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif pembaca harus mencari studi literatur lain yang lebih luas dan mendalam. (*)

Oleh: Fitri Nurhayati, S.Pd.

Read more ...

KEMBANGKAN LIFESKILL DENGAN MEMBATIK

Setiap orang membutuhkan wadah untuk mengembangkan minat dan bakatnya masing-masing. Kegiatan ekstrakurikuler memainkan peranan penting untuk mengaktualisasi diri dalam pengembangan lifeskill. Untuk itu hadirlah kegiatan penunjang berupa ekstrakurikuler kerajinan tangan.
 
Arum Puspitaningtyas, Koordinator Kerajinan Tangan Putri mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan peserta PPG SM-3T sebagai calon pendidik terutama di bidang lifeskill.
Beberapa program yang sudah direncanakan meliputi kerajinan membatik, membuat kreasi dari janur, gantungan kunci, daur ulang sampah, merajut, kreasi kain flannel dan sablon.  Sasaran kegiatan ini, kata Arum dikhususkan bagi penghuni rusunawa khususnya peserta PPG SM-3T UNY tahun 2015 yang berminat.
 
“Maka dari itu bagi teman-teman yang tertarik dengan kegiatan ekstrakurikuler ini dan belum sempat bergabung, silakan bisa langsung menghubungi koordinator ekstra,” ujarnya.
 
Program yang sudah terlaksana adalah membatik. Subyanto Dwi S. Koordinator Kerajinan Tangan Putra mengatakan ada sekitar 86 peserta yang ikut dalam kegiatan membatik. “Melihat antusiasme peserta maka dibuat dua kelompok,” kata Subyanto.
 
Membatik merupakan kegiatan yang banyak sekali manfaatnya, selain memiliki unsur estetika, kata dia kita juga ikut andil dalam nguri-uri kabudayan jawi atau melestarikan warisan budaya bangsa. Mengingat batik Indonesia sudah diakui secara internasional terlebih batik juga merupakan bagian dari heritage yang perlu lestarikan keberadaaannya. Pemanfaatan waktu luang di asrama dapat gunakan sebaik-baiknya untuk berkreasi membuat kerajinan tangan yang unik, termasuk membatik. (Amin)
Read more ...

MENUMBUHKAN SEMANGAT DAKWAH BIL QOLAM

Memakmurkan masjid adalah kewajiban bagi setiap muslim. Untuk itulah mahasiswa PPG SM-3T UNY yang beragama muslim mengikuti kajian rutin ba’da subuh setiap Hari Minggu di Masjid Baiturrahman. Mekanisme pengisi kajian diundi dari tiap perwakilan program studi. Adapun untuk pengisi kajian perdana pada tanggal 29 Maret 2015 lalu perwakilan dari Prodi Pendidikan Geografi. Panitia yang mendapat tugas sebagai pengisi kajian harus datang lebih awal. Kali imi Muhammad Latiful Aziz berperansebagai pembawa acara dan Eko Rizqa Sari sebagai pengisi ceramah. Tema yang dibawakan adalah “Menumbuhkan semangat dakwah bil qolam yaitu menyeru (berdakwah) umat manusia menuju kebaikan.”
 

Eko menjelaskan, secara istilah dakwah bil qolam berasal dari dua suku kata yaitu dakwah artinya ajakan dan qolam artinya pena atau tulisan. Sebagaimana firman Allah SWT :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-nahl : 125).
 
Tidak harus menunggu menjadi ustaz, mubaligh, ulama, atau kyai untuk menyampaikan kebaikan. Namun semua memiliki kewajiban yang sama untuk mengajak seseorang kedalam kebaikan dan menasehati untuk kembali ke jalan yang benar.
 
Selain dakwah dengan cara lisan sebagai akademisi kita bisa menyampaikan dengan tulisan yaitu berupa penulisan artikel Islam yang dapat kita muat di blog, buletin, majalah dan media massa lainnya. Lewat tulisan kita bisa menyampaikan pandangan-pandangan keislaman yang setiap waktu bisa diakses dan dibaca bagi siapa saja, karena media massa dapat dijadikan sebagai alat efektif untuk membentuk opini publik (public opinion), bahkan mempengaruhi orang secara kuat dan massif. (Amin)
Read more ...

PROFESIONAL DENGAN MEMBACA AL QURAN

Mengukur keprofesionalan dengan ukuran dunia tentu akan berbeda ketika membandingkan dengan keprofesionalan kita dalam urusan akhirat. Di dunia kita selalu tertantang untuk bekerja seprofesional mungkin, karena tujuan yang kita inginkan nampak terlihat jelas oleh mata. Sedangkan untuk kehidupan akhirat kadang kita beribadah asal-asalan saja karena balasan yang akan kita dapatkan masih terlihat abstrak, tidak seriil di dunia.
 
Disini penulis akan menyampaikan keseimbangan dalam kehidupan akhirat. Di rusunawa PPG ini kita sangat bersemangat untuk belajar ilmu-ilmu dunia. Terkadang sampai lupa waktu. Kewajiban kita mengkaji ilmu agama sedikit terabaikan. Kita merasa kekurangfasihan kita membaca Al Qur’an bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan. Padahal Al Qur’an lah petunjuk utama kita untuk menjadi manusia yang benar-benar profesional dalam kehidupan dunia dan akhirat.

 Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Dalam Hadits yang lain :
Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الـم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan ‘Alif Lam Mim’ satu huruf, tetapi ‘Alif’ satu huruf, ‘Lam’ satu huruf, ‘Mim’ satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi). 
Abu Umamah meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ.
“Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim). 

Sebagai seorang muslim kita tidak hanya dituntut untuk menguasai keahlian dalam bidang tertentu saja tetapi juga ilmu tentang agama. Dalam Kurikulum 2013 misalnya, sangat ditekankan aspek religiusitas dan afektif. Darimanakah seorang pengajar muslim mendapatkan referensinya. Tentu saja dari Al Qur’an. Disanalah semua sumber kebajikan dan ilmu pengetahuan bermula. Nah, apa jadinya jika kita tidak bisa membaca Al Qur’an dengan lancar. Tentu saja akan mengurangi keprofesionalan kita sebagai seorang guru.
 
Sebelum terlambat, mari terus belajar memperbaiki kualitas diri kita. Jangan pernah merasa lelah belajar dan mengkaji Al Qur’an. Wallahu A’lam Bis Shawaab. (Zaenal Arifin)
Read more ...

KEBANGKITAN SANG JURU SLAMAT

Bagi umat Kristiani, Paskah merupakan sebuah momentum penting untuk mengenang sengsara, wafat dan kebangkitan Sang Juru Slamat. Rangkaian peristiwa Paskah ini dimulai dari hari Kamis hingga hari Minggu. Kamis Putih, merupakan peringatan peristiwa perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya. Dalam perjamuan terakhir ini, Yesus membasuh kaki murid-muridNya sebagai wujud pelayanan terakhir di dunia sebelum kematianNya.
 
Jumat Agung, merupakan peringatan sengsara dan wafat Yesus di atas kayu salib di Golgota. Pada ibadah Jumat Agung ini, umat Kristiani biasa menyelenggarakan Jalan Salib sebagai refleksi sengsara Yesus sebelum wafat di Golgota.
 
Pada penyelenggaraan Jalan Salib ini, terdapat 14 perhentian mulai dari Yesus di hukum mati, memanggul salib, jatuh untuk pertama kalinya, dan berjumpa dengan ibu-Nya. Dia ditolong oleh Simon dari Kirine dan wajahNya diusap oleh Veronika. Hingga saat Yesus jatuh untuk kedua kalinya. 

Kemudian ia menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya. Tak berhenti sampai disitu, Yesus jatuh untuk ketiga kalinya. PakaianNya ditanggalkan kemudian Dia disalibkan hingga wafat di kayu salib. Setelah itu Yesus diturunkan dari salib untuk dimakamkan.
 
Sabtu sunyi, merupakan hari berkabung bagi umat Kristiani atas kematian Yesus.
Selanjutnya Minggu Paskah, merupakan peringatan atas kebangkitan Yesus di antara orang mati. Pada hari inilah seluruh umat Kristiani bersukacita karena sang Juru Slamat telah bangkit.
Rangkaian peristiwa dari Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi hingga Minggu Paskah inilah yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai peristiwa Paskah, sengsara, kematian Yesus untuk menebus dosa umatNya dan bangkitnya sang Juru Slamat di antara orang mati yang menunjukkan ke IlahianNya. (*)
Read more ...

RUSUNAWA KAMPUNG PPG SM-3T

Dua bangunan berdiri tegap, menjulang tinggi menggambarkan tinggi pula mimpi-mimpi para penghuninya. Satu bangunan berlantai empat yang didiami mahasiswa putra dan satu lagi berlantai lima yang didiami mahasiswa putri. Bangunan ini pula yang digadang-gadang sebagai bangunan tertinggi di Kabupaten Kulonprogo. Pada bagian depannya bertuliskan ‘selamat datang di rusunawa’.
Rumah baru yang belum genap dua bulan ditinggali mahasiswa PPG SM-3T angkatan tiga ini akan membersamai setahun lamanya. Di tempat ini pula harapan disandarkan untuk bisa mencapai kata lulus, menuju guru profesional.
Layaknya kampung yang memiliki otoritas sendiri, rusunawa pun demikian halnya. Pada bulan pertama dibentuk kepengurusan yang mengkoordinir kegiatan mahasiswa di luar kelas. Terpilihlah Miftahul Khoir Abdurrahman sebagai koordinator putra. Para penghuni rusunawa menyebutnya Pak Lurah Miftah. Ia didampingi Kareka Dewangga untuk bersama-sama mengkoordinir para penghuni rusunawa putra. Sedang di rusunawa putri terpilihlah nama Endang Mariah sebagai bu lurah yang didampingi Khoirunnisa sebagai sekretaris atau akrab disapa bu carik.

Pada setiap lantai dipilih pula ketua Rukun Tangga (RT) yang bertugas mengkoordinir penghuni setiap kamar. Itu pun masih dibagi sayap timur dan barat. Dipilihnya ketua RT ini supaya bisa menampung aspirasi penghuni rusunawa selama tinggal di asrama. Bu dan Pak RT bertugas menyambung lidah aspirasi warga dengan para pengurus di atasnya.
Di rusunawa putri RT 1 sayap timur dipimpin oleh Yuni Hastuti, RT 4 sayap barat oleh Wahdatun Nikmah, RT 4 sayap timur oleh Maulini, RT 5 sayap barat oleh Ambarwati hasanah, dan RT 5 sayap timur oleh Nurhidayah. Sedang rusunawa putra RT 3 sayap barat oleh Fendi, RT 3 sayap timur oleh Abib Ade, RT 4 sayap timur oleh Ragil Sapto, dan RT 4 sayap barat oleh Rachmat Faisal. Setiap RT pun memiliki peraturan masing-masing yang harus dipatuhi para warganya. Hal ini bertujuan demi tercipta kehidupan berasrama yang nyaman dan sehat. (Sopan)
Read more ...

Monday, May 4, 2015

SELAMAT JALAN VE

PUISI: Selamat Jalan Ve
Oleh: Firdaus Laili


Hari ini kami berduka
Semua menundukkan kepala
Semua meneteskan air mata
Semua mengirimkan doa

Tak satu pun menyangka
Tak satu pun percaya
Tak kuasa kami mendengarnya
Berharap tidak benar adanya

Isak tangis terus menderu
Semua tenggelam dalam kalbu
Hingga kami mengantarmu
Ke persinggahan terakhirmu

Sungguh...

Kami semua merasa kehilangan
Kau yang selalu memberikan senyuman
Lalu pergi tanpa berpamitan
Selamat jalan Ferry Haryawan




Read more ...

PENGAGUM DI JENDELA

PUISI: Pengagum di Jendela
Oleh: Endah Kurniatun


Aku bisa memandangmu, tapi kamu tidak..
Aku bisa merasamu, tapi kamu tidak..
Aku bisa mendengarmu, tapi kamu tidak..
Aku bisa merindumu, tapi kamu tidak..
    Karena kamu hanya angan..
    Karena kamu hanya asa..
    Aku tahu tak ‘kan pernah menggapaimu..
    Karena aku hanya pengagum di jendela..

Read more ...

ANGKUH LABUH

PUISI: Angkuh Labuh
Oleh:Ana Widya Sofiati



Merutuk sepi di dalam hati
Mencaci nyeri terluka lagi
Ada sebongkah angkuh utuh
Mencibir sinis pada yang berpeluh

Kering kerontang hati tanpa iman
Dirundung pilu tuntutan zaman
Gemuruh tanya membuat jenuh
Kini siapa yang mengeluh?

Terantuk batu baru terasa
Bulir air di sudut mata baru diseka
Tapi siapa yang menyangka
Sedu sedan tanpa makna
Semua sandiwara belaka

Roda berputar seperti komedi putar
Pohon Ek yang menjulang tinggi tetap berakar
Dalamnya lautan pun tetap berdasar

Jangan menghamba pada acuh!
Biarkan angkuhmu berlabuh, musuh!


Read more ...

NADI

PUISI: NADI
Oleh: Sofia


Berdenyut kejut
Berpacu maju
Mengalir segar
Tersambar anggar

Nadi-nadiku bernadi
Bersimbah darah

Bibir mulai komat-kamit
Badan terasa digamit
Nafas bersengal-sengal
Mata terantuk pelan
Denyut tak lagi kejut
Nadi-nadiku tak bernadi lagi
Mati 

Read more ...
Designed By Published. TIM Blogger Pioneer